Apa sih yang terbayang di pikiran kalian ketika mendengar kata batak? Pasti kalian langsung teringat Medan, marga, logat, dll. Ya, hal itu memang sudah umum, namun kali ini saya tidak akan membahas hal tersebut karena saya akan membahas 7 tempat wisata unik di tanah batak. Ada wisata apa aja sih di tanah Batak? Baca juga: 7 Tempat Wisata Keren di Purbalingga
Danau Toba
Danau Toba
Danau Toba adalah sebuah danau tekto-vulkanik dengan ukuran panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer yang terletak di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Danau ini merupakan danau terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Di tengah danau ini terdapat sebuah pulau vulkanik bernama Pulau Samosir.
Diperkirakan Danau Toba terbentuk saat ledakan sekitar 73.000-75.000 tahun yang lalu dan merupakan letusan supervolcano (gunung berapi super) yang paling baru. Bill Rose dan Craig Chesner dari Michigan Technological University memperkirakan bahwa jumlah total material pada letusan sekitar 2.800 km3 -sekitar 2.000 km3 dari Ignimbrit yang mengalir di atas tanah, dan sekitar 800 km3 yang jatuh sebagai abu terutama ke barat. Aliran piroklastik dari letusan menghancurkan area seluas 20.000 km2, dengan deposito abu setebal 600 m dengan kawah utama.
Kejadian ini menyebabkan kematian massal dan kepunahan pada beberapa spesies makhluk hidup. Menurut beberapa bukti DNA, letusan ini juga menyusutkan jumlah manusia sampai sekitar 60% dari jumlah populasi manusia bumi saat itu, yaitu sekitar 60 juta manusia. Letusan itu juga ikut menyebabkan terjadinya zaman es, walaupun para ahli masih memperdebatkannya. Setelah letusan tersebut, terbentuk kaldera yang kemudian terisi oleh air dan menjadi yang sekarang dikenal sebagai Danau Toba. Tekanan ke atas oleh magma yang belum keluar menyebabkan munculnya Pulau Samosir.
Tim peneliti multidisiplin internasional, yang dipimpin oleh Dr. Michael Petraglia, mengungkapkan dalam suatu konferensi pers di Oxford, Amerika Serikat bahwa telah ditemukan situs arkeologi baru yang cukup spektakuler oleh para ahli geologi di selatan dan utara India. Di situs itu terungkap bagaimana orang bertahan hidup, sebelum dan sesudah letusan gunung berapi (supervolcano) Toba pada 74.000 tahun yang lalu, dan bukti tentang adanya kehidupan di bawah timbunan abu Gunung Toba. Padahal sumber letusan berjarak 3.000 mil, dari sebaran abunya.
Selama tujuh tahun, para ahli dari universitas Oxford tersebut meneliti proyek ekosistem di India, untuk mencari bukti adanya kehidupan dan peralatan hidup yang mereka tinggalkan di padang yang gundul. Daerah dengan luas ribuan hektare ini ternyata hanya sabana (padang rumput). Sementara tulang belulang hewan berserakan. Tim menyimpulkan, daerah yang cukup luas ini ternyata ditutupi debu dari letusan gunung berapi purba.
Penyebaran debu gunung berapi itu sangat luas, ditemukan hampir di seluruh dunia. Berasal dari sebuah erupsi supervolcano purba, yaitu Gunung Toba. Dugaan mengarah ke Gunung Toba, karena ditemukan bukti bentuk molekul debu vulkanik yang sama di 2100 titik. Sejak kaldera kawah yang kini jadi danau Toba di Indonesia, hingga 3000 mil, dari sumber letusan. Bahkan yang cukup mengejutkan, ternyata penyebaran debu itu sampai terekam hingga Kutub Utara. Hal ini mengingatkan para ahli, betapa dahsyatnya letusan super gunung berapi Toba kala itu.
Pulau Samosir
Pulau Samosir adalah sebuah pulau vulkanik di tengah Danau Toba di provinsi Sumatera Utara. Sebuah pulau dalam pulau dengan ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut menjadikan pulau ini menjadi sebuah pulau yang menarik perhatian para turis.
Tuktuk adalah pusat konsentrasi turis di Pulau Samosir. Dari Parapat, Tuktuk dapat dihubungkan dengan feri penyeberangan. Selain perhubungan air, Pulau Samosir juga dapat dicapai lewat jalan darat melalui Pangururan yang menjadi tempat di mana Pulau Samosir dan Pulau Sumatera berhubungan.
Pulau Samosir sendiri terletak dalam wilayah Kabupaten Samosir yang baru dimekarkan pada tahun 2003 dari bekas Kabupaten Toba-Samosir. Di pulau ini juga terdapat dua buah danau kecil sebagai daerah wisata yaitu Danau Sidihoni dan Danau Aek Natonang yang mendapat julukan "danau di atas danau".
Air Terjun Sipiso Piso
Air Terjun Sipiso piso adalah sebuah air terjun yang berada di Dusun Hutabaringin, Desa Tongging, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Air Terjun Sipiso piso memiliki ketinggian hingga 120 meter dan mengucur deras membentuk garis vertikal sempurna. Sehingga Air Terjun Sipiso piso maduk dalam air terjun tipe Plunge. Air Terjun Sipiso piso berada di bibir kaldera raksasa Danau Toba serta terbentuk pada aliran Sungai Pajanabolon yang merupakan salah satu sungai menyuplai air ke Danau Toba. Air Terjun Sipiso piso berada di ketinggian sekitar 1.300 meter diatas permukaan air laut. Nama Sipiso piso diambil dari nama sebuah Gunung yang berada tepat di timur laut air terjun sipiso piso. Gunung yang juga disebut Dolok Sipiso piso ini memiliki ketinggian sekitar 1.860 meter diatas permukaan air laut.
Air Terjun Sigura Gura
Air Terjun Sigura Gura merupakan air terjun tertinggi yang ada di Indonesia. Air terjun ini memiliki ketinggian hingga 250 meter yang mengalahkan tingginya air terjun Madakaripura yang memiliki ketinggian hingga 200 meter atau air terjun Payakumbuh di Sumatera Barat yang hanya memiliki ketinggian sekitar 150 meter saja. Air terjun ini berada di kabupaten Toba Samosir, yang merupakan salah satu daratan tinggi di tepi Danau Toba atau sekitar 250 km dari kota Medan. Karena letaknya yang dekat dengan Danau Toba, maka tak heran bila air terjun ini selalu ramai dikunjungi oleh turis lokal maupun asing. Kesan pertama yang dirasakan apabila sampai di tempat ini, udaranya yang sangat dingin dan sejuk menjadikan badan selalu segar.
Dari kejauhan air terjun Sigura Gura tampak begitu menakjubkan, bahkan suara dentuman air yang jatuh kebawah sudah terdengar dari kajauhan karena ketingginannya. Air Terjun Sigura Gura berasal dari air Sungai Asahan yang sumber airnya berasal dari Danau Toba. Nama air tejun Sigura Gura sangat populer dikalangan para wisatwan, selain karena keberadaan bendungan buatan yang berada tepat di depannya sebagai objek wisata, sungai yang di aliri air Terjun Sigur gura juga kerap kali menjadi tempat penyelngaraan sebagai arena kompetisi Arung Jeram tingkat Nasional maupun Internasional.
Maha Vihara Adhi Maitreya
Sebuah tempat peribadatan yang elok, tenang, anggun serta asri itulah yang dapat digambarkan jika Anda berkunjung ke Maha Vihara Adhi Maitreya. Tempat beribadah agama Buddha ini memang sangat menakjubkan, bahkan merupakan yang terbesar di Indonesia. Kemegahannya membuat seolah-olah kita berada di negeri Tirai Bambu. Maha Vihara Adhi Maitreya memiliki lahan seluas 4.5 hektar dan dibangun pada tahun 1991. Lahan yang ditempati berada di komplek perumahan Cemara Asri, Jl. Boulevard Utara No. 99-5, Medan. Fungsi utama Vihara ini sebagai tempat beribadah umat Buddha. Arsitektur bangunan mengambarkan kebudayaan serta karakteristik ajaran Buddha Maitreya.
Vihara ini terbagi menjadi 3 gedung utama, gedung pertama terdapat Baktisala umum yang merupakan tempat pemujaan Buddha Sakyamuni, Bodhisatva Avolokitesvara dan Bodhisatva Satyakalama. Gedung ini mempunyai daya tampung sebanyak 1500 orang. Pada sebelah kanan gedung satu ini terdapat Taman Avolokitesvara yang dilengkapi dengan beberapa permainan untuk anak-anak. Bagian lain terdapat Auditorium dengan kapasitas 130 orang, restoran vegetarian serta toko souvenir.
Pada bagian gedung 2 merupakan area Baktisala Maitreya dengan daya tampung sebanyak 2500 orang. Di bagian ini juga terdapat baktisala Patriat Suci, selain itu juga terdapat aula serbaguna sebagai tempat ruang makan khusus resepsi. Sedangkan pada gedung ketiga merupakan balai pertemuan dengan kapasitas 2000 orang. Semua gedung terdapat wisma hanya saja wisma pada gedung 1 memiliki fasilitas yang paling lengkap yakni adanya ruang perkantoran, ruang rapat, studio rekaman dan dapur umum.
Pada bagian dalam dihiasi dengan beberapa interior sederhana yang menjadikan suasana terasa tenang sehingga menambah kekhusukan saat beribadah. Terdapat tiga patung suci utama didalam Vihara ini dengan corak warna keemasan yakni Patung Sang Buddha, Dewi Kwan Im dan Hakim Bao.Pada bagian luar terdapat Genta dengan ukuran 3,3 meter untuk tingginya dan berat 7 ton yang diukir dengan kalimat Dharma Hati Maitreya. Genta ini disebut dengan Genta Kebahagiaan.
Selain itu pada sisi kiri vihara terdapat kolam ikan koi dengan warna-warninya yang cantik berenang kesana kemari serta taman burung yang merupakan kumpulan burung bangau. Konon keberadaan burung ini berasal dari Eropa dan Australia, dimana tempat ini sebagai tempat singgah sementara saat burung-burung tersebut migran dari satu tempat ke tempat lainnya.
Istana Maimun
Istana Maimun adalah istana Kesultanan Deli yang merupakan salah satu ikon kota Medan, Sumatera Utara, terletak di Jalan Brigadir Jenderal Katamso, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun.
Didesain oleh arsitek Italia dan dibangun oleh Sultan Deli, Sultan Mahmud Al Rasyid. Pembangunan istana ini dimulai dari 26 Agustus 1888 dan selesai pada 18 Mei 1891. Istana Maimun memiliki luas sebesar 2.772 m2 dan 30 ruangan. Istana Maimun terdiri dari 2 lantai dan memiliki 3 bagian yaitu bangunan induk, bangunan sayap kiri dan bangunan sayap kanan. Bangunan istana ini menghadap ke utara dan pada sisi depan terdapat bangunan Masjid Al-Mashun atau yang lebih dikenal dengan sebutan Masjid Raya Medan.
Istana Maimun menjadi tujuan wisata bukan hanya karena usianya yang tua, namun juga desain interiornya yang unik, memadukan unsur-unsur warisan kebudayaan Melayu, dengan gaya Islam, Spanyol, India dan Italia. Namun sayang, tempat wisata ini tidak bebas dari kawasan Pedagang kaki lima.
Taman Alam Lumbini
Taman Alam Lumbini terletak di Desa Tongkoh, Kecamatan Dolatrayat, di kaki Gunung Sibayak dengan udara yang nyaman, sejuk dan suasana yang tenang. Nama "Lumbini" sendiri merupakan nama tempat di kaki Gunung Himalaya (wilayah Nepal) di mana Pangeran Siddhartha Gautama dilahirkan dan kelak akan menjadi Buddha. Jarak Taman Alam Lumbini dari kota Berastagi sekitar 8 km dan dari kota Medan sekitar 55 km.
Taman Alam Lumbini memiliki luas 3 hektar. Daya tarik utama Taman Alam Lumbini adalah replika Pagoda Shwedagon yang ada di Myanmar. Tinggi pagoda mencapai 46,80 meter, merupakan pagoda yang tertinggi di Indonesia. Sebagai destinasi wisata religi yang bernuansa Buddhis, umat Buddha yang mengunjungi Taman Alam Lumbini ini memanfaatkan waktunya untuk melakukan puja bakti di samping rekreasi tentunya.
Untuk menuju Pagoda ini, pengunjung harus melewati sebuah jembatan gantung sepanjang 20 meter yang diberi nama Titi Lumbini sebagai sarana penyebrangan yang dipadukan dengan puluhan lentera yang bergelantungan. Di dalam Pagoda, tepatnya di tengah-tengah ruangan terdapat empat rupang Buddha yang terbuat dari marmer. Di sekitar Pagoda, terdapat taman yang berhiaskan berbagai macam bunga dan pohon yang tertata rapi.
Banyak juga wisatawan non-Buddhis yang berasal dari berbagai daerah datang ke lokasi yang berjarak sekitar delapan kilometer dari kota Berastagi tersebut, untuk sekedar berfoto. Keberadaan Taman Alam Lumbini telah ikut memperkaya khazanah desitnasi wisata di Tanah Karo.
Sumber gambar: google.com
Sumber gambar: google.com
keren gan. jadi tau harus kemana kalo datang kesana
ReplyDeletenais info
ReplyDeleteudah lama pengen ke danau toba, thanks informasinya. jadi bisa mampir ke tempat lain.
ReplyDeletemonggoh mas
Delete